Sport

Jalan Panjang Jonatan Christie Rebut Emas Kembali

Bu, ini Jojo, Bu.... Jojo pulang bawa emas~

Hening Swastika

Posted on August 30th 2018

Kelihaiannya mengadu bulu di lapangan, juga parasnya yang sedari kecil sudah rupawan, pernah terekam dalam film ‘King’ besutan Ari Sihasale sembilan tahun lalu. Tak sendirian, ia yang kala itu berperan sebagai Arya, rival dari Guntur (diperankan Rangga Aditya), berakting bersama Kevin Sanjaya, salah satu pemain ganda putra terbaik Indonesia dan dunia saat ini.

Ya, ialah Jonathan Christie atau akrab disapa Jojo. Pebulutangkis asal Jakarta yang baru saja membawa pulang emas kembali dari ajang Asian Games Jakarta-Palembang 2018. Mengaku telah menggeluti dunia bulutangkis sejak usia enam tahun, Jojo mengatakan kalau semula hal ini bukanlah keinginannya.

“Waktu kelas 1 SD kan ada ekstrakulikuler. Kalau nggak salah ada bulutangkis, bola, sama basket. Saya nggak tahu kenapa dipilihin Papa bulutangkis. Saya tanya: Pa, kenapa kok di bulutangkis? Karena saya dulu itu nggak ngerti bulu tangkis, kan. Ternyata kata Papa itu satu-satunya olahraga indoor yang bikin anaknya nggak item,” kenang Jojo dalam salah satu wawancara radio setahun lalu.

Beruntung, pilihan sang Papa itu cukup jitu. Terbukti di usia 11 tahun, jebolan PB Tangkas Jakarta ini sukses mengantongi banyak prestasi bulutangkis. Di antaranya Juara 1 cabang bulutangkis di Kejurda DKI Jakarta, hingga emas di Olimpiade Pelajar Sekolah Dasar se-Asia Tenggara. Prestasi Jojo semakin merangkak ketika ia berhasil mengikuti gelar senior pertamanya di International Challenge 2013 di Indonesia. Saat itu usianya baru 15 tahun. 

Setelah kompetisi itu, Jojo sempat merasa performanya tak stabil. Namun di tahun 2017 ia kembali membuktikan kehebatannya dengan meraih emas di kategori tunggal putra dalam ajang Sea Games di Kuala Lumpur. Bahkan tak sampai sebulan kemudian, ia dan sahabatnya, Anthonny Sinisuka Ginting, berhasil menciptakan all Indonesian final di turnamen Korea Open Super Series 2017. Tetapi sayang, Jojo harus menyerah kepada Ginting dan harus puas dengan perak yang didapatkannya.

Momen all Indonesian final yang mengharuskan Ginting dan Jojo beradu, sebenarnya nyaris kembali terjadi di ajang Asian Games tahun ini. Namun untung tak dapat diraih, dalam putaran semi final Ginting lebih dulu ditumbangkan oleh pemain bulutangkis asal Taipei, Chou Tien Chen dengan skor 2-1.

Walau baru menduduki peringkat ke-15 dunia versi BWF, lewat Asian Games 2018 ini Jojo seolah ingin membuktikan kalau permainannya terus terasah. Ia berhasil menekuk pemain-pemain peringkat terbaik dunia dalam nomor tunggal putra. Seperti Shi Yuqi, ranking kedua dunia yang ia kalahkan di 32 besar, Kenta Nishimoto, ranking kesepuluh yang ia kalahkan di semi final, dan Chou Tien Chen, ranking keenam yang ia buat kewalahan di final.

Dengan kembalinya emas ke tangan Indonesia lewat sabetan Jojo di Asian Games kali ini, maka berakhir pula penantian prestasi 12 tahun di nomor tunggal putra. Jojo mempersembahkan emas tunggal putra ketujuh bagi Indonesia, sekaligus menjadi pebulutangkis tunggal putra keenam yang meraih emas di Asian Games setelah Tan Joe Hok (1962), Ang Tjin Siang (1966), Liem Swie King (1978), Hariyanto Arbi (1994), dan Taufik Hidayat (2002-2006).

Menyoal bonus pemerintah yang akan ia dapat, lewat wawancaranya dengan salah satu TV swasta, pria religius ini menjawab tegas. “Bonusnya ada yang mau ditabung, sebagian lagi untuk tim support yang dari awal sebelum Asian Games sudah banyak membantu saya. Saya juga ingin menyisihkan untuk keluarga dan orang-orang yang membutuhkan seperti korban gempa di Lombok. Saya mau membagi yang Tuhan bagi ke saya.” 

Untuk bisa menjadi bintang seperti Jojo, tentunya ada banyak pengorbanan yang harus dilakukan. Hidup terpisah dari keluarga sejak remaja menjadi salah satu konsekuensinya.

“Waktu itu saya tinggal di rumah nenek sama papa saya, karena papa saya tidak percaya kalau saya tinggal di asrama. Jadi, saya dan papa pulang ke rumah setiap Sabtu dan Minggu. Saya harus rela berpisah dengan mama saya, ya mama juga mengorbankan perasaannya. Sama-sama tinggal di Jakarta, tapi cuma bisa ketemu Sabtu dan Minggu. Sampai sekarang pun begitu. Papa dari saya kecil sering sama-sama saya, sering ikut ke pelatnas, kasih masukan,” ungkap Jojo dalam sebuah wawancara dengan Kompas.

Jojo juga sering mengaku iri dengan anak muda lain yang bisa dengan bebas pergi nongkrong dan bermain. Sebab hari-harinya selalu penuh dengan latihan panjang, berlari, berenang, bahkan nge-gym agar bisa terus tampil prima. Namun soal badan atletisnya yang kerap membuat penonton histeris, ia mengatakan itu berkat peran keluarga yang sudah mendukung Jojo menjadi atlet sejak dini.

“Saya bisa punya badan seperti ini berkat nenek saya. Waktu saya usia enam tahun, saya tinggal dengan nenek saya karena rumah saya jauh dari klub saya (PB Tangkas). Nenek yang membelikan saya makanan bergizi, suplemen, daging, susu, vitamin, segala macam untuk saya. Seperti dokter gizi saya lah. Makanya badan saya bisa lebih besar dari anak-anak seusia saya. Keluarga saya punya peran masing-masing dalam karier saya,” kata Jojo yang masih menyempatkan diri untuk nge-vlog disela-sela kesibukannya. 

Agar semakin giat berlatih, cowok yang mengaku masih jomblo ini menyatakan ia memiliki satu folder khusus di HP-nya yang diberi nama ‘Penyemangat.’ Isinya berupa hasil tangkapan layar dari orang-orang yang menghujat kala ia kalah.

“Ini nggak niru siapa-siapa, ide sendiri saja. Buat mengingatkan saya kalau lagi di atas jangan sampai lupa diri, kalau lagi di bawah dan dikomentari begini bisa termotivasi. Sudah saya kumpulkan sejak tahun 2015, semua lengkap sampai ada tanggal postingnya. Suatu hari nanti kalau pensiun akan saya bingkai dan pajang di rumah. Mungkin suatu hari nanti akan saya lihatkan kepada anak saya, bahwa kata-kata yang menyakitkan bisa membuat kita jadi orang yang lebih kuat dari sebelumnya,” kata fans Liverpool ini. 

Kurang dari dua pekan lagi, cowok dengan followers Instagram lebih dari 1,3 juta ini harus bersiap lagi untuk menghadapi Daihatsu Yonex Japan Open. Kabarnya, ia akan melawan Prannoy H.S dari India yang juga pemain peringkat 11 dunia. 

Akankah Jonatan mampu menampilkan performa terbaiknya? Yuk, kita doakan bersama.

Artikel Terkait
Sport
Alun-alun Surabaya Punya Papan Skateboard Terbesar di Indonesia!

Sport
Jonatan Christie Berhasil Raih Emas di New Zealand Open 2019

Sport
Atlet Esports Tekken 7 Malaysia ini Latihan 4 Jam Sehari demi SEA Games