![]() |
Posted on August 30th 2018 |
Banyak yang bilang kalau berteriak ke orang itu nggak baik. Kita sering kali dianggap nggak sopan lah, nggak memberikan rasa hormat lah, bahkan sering dibilang nggak berpendidikan lah. Tapi sebenarnya, berteriak bukanlah suatu hal yang buruk-buruk amat kok.
Ternyata berteriak memiliki banyak sekali manfaat, terutama bagi orang-orang yang sedang dilanda stress dan emosi yang berlebihan. Kalau kamu baru saja kecewa karena harapan kamu nggak sesuai ekspektasi, terus berteriak, akuin aja deh pasti jadi lebih plong kan? Ini bisa lho dipraktekkan buat yang baru mutusin hubungan, nggak sama pacar aja ya, sama temen misalkan, terlebih sama musuh.
Percaya nggak percaya, teriak sangat membantu para atlet yang tengah bertanding. Tanpa terkecuali Atlet Indonesia yang saat ini berjuang membela merah putih di Asian Games 2018. Hal ini ternyata membantu mereka melepaskan rasa stres maupun emosi berlebih saat berada di lapangan. Selain itu, dengan berteriak atlet-atlet yang tengah bertanding menjadi lebih percaya diri terhadap diri mereka sendiri.
Hal tersebut pernah dibuktikan di tahun 1960-an oleh seorang prikolog asal Amerika, Arthur Janov. Ia membuat sebuah terapi yang bernama Primal Therapy yang digunakan untuk meyembuhkan pasien saat dilanda stres dan emosi yang berlebih. Arthur menerapkan sesi berteriak pada akhir terapi yang sebenarnya tidak termasuk dalam prosedur awal. Namun kebanyakan dari pasien-pasiennya mengaku lebih ringan layaknya dihidupkan kembali, terlebih sebagian dari mereka merasa lega atas tekanan hidup yang dideritanya. Reborn cuy reborn!
Selain itu, suatu penelitian dari Keele University di Inggris yang juga dipimpin seorang dosen Psikolog, Dr. Richard Stephens melakukan uji coba pada anak muda yang berusia 21 tahun sebanyak 29 orang. Hasilnya sangat menakjubkan, bahwa dengan berteriak seseorang dapat mentismulasi sistem saraf simpatetik yang efeknya meningkatkan kekuatan kita dalam diri. Tapi ini bukan kekuatan gaib ya gengs, bukan. Kekuatan ini muncul karena jantung dengan sendirinya memompa darah kita lebih cepat daripada biasanya. Dr. Richard mengemukakan hal ini di suatu konferensi yaitu British Psychological Society di Brighton, Inggris. Berteriak juga mampu meningkatkan kekuatan otot-otot inti yang ada pada tubuh. Udah nggak perlu nge-gym nih buat dapetin badan kayak Ade Ray, teriak aja sering-sering, hehe.
Nah dalam dunia medis lainnya juga menjelaskan bahwa ketika kita tengah berteriak, hormon adrenalin yang ada dalam tubuh ikutan naik. Hormon adrenalin bakal memacu kerja jantung sehingga pembuluh darah yang ada di jantung menjadi lebar untuk membuat oksigen lebih leluasa masuk ke dalam tubuh kita. Rasa gugup dalam tubuh pun dipercaya bisa hilang ketika kita berteriak lho. Cobain yak pas mau nembak gebetan!
Hasil-hasil studi dan penelitian ini dirasakan langsung oleh salah satu pebulutangkis asal Spanyol yang saat ini menduduki peringkat enam dunia, Carolina Marin. Carolina dikenal sebagai salah satu pemain bulutangkis yang selalu berteriak di lapangan sampai sekarang geng, “Berteriak ialah hal yang alamiah bagi saya. Itulah saya, dan beginilah karakter saya. Hal itu menunjukkan saya percaya terhadap diri sendiri,” ungkap Carolina yang dilansir dari India Times. Doi juga bilang, atlet lainnya selain dia yang sering berteriak adalah pemain asal India unggulan nomer tiga dunia, Pusarla V. Sindhu. Sampai saat ini Sindhu menjadi salah satu pemain putri yang belum berhasil dikalahkan oleh pemain tunggal putri asal Indonesia cuy!
Tapi tenang, nggak cuma sederet pemain luar aja kok yang sering teriak-teriak sendiri waktu tanding. Tim Putri Sepaktakraw Indonesia bahkan selalu berpelukan dan saling high five satu sama lain baik saat kehilangan score ataupun mendapatkan score. High five nya juga keren, kayak ada irama dan pola gitu di dalamnya. Pemain bulutangkis Indonesia seperti pasangan Fajar/Rian, sampai yang baru-baru ini dapat medali emas di Asian Games 2018, Jonathan Christie juga sering kali berteriak sambil lompat kegirangan setiap mendapatkan score dari lawan mereka. Apalagi our number one for men’s double in Badminton, Kevin/Gideon, beeeeeh nggak pernah absen buat teriak. Itulah kenapa lawan-lawan mereka sering kali ciut saat berhadapan dengan mereka. Terutama waktu lihat ekspresi Gideon yang selalu kelihatan mau makan orang sambil nekuk alis, serangan mental udah pasti mendarat sempurna tuh di benak lawan!
Ini juga ada studinya lho, menyerang musuh melalui alam bawah sadar. Seseorang akan merasa terserang mentalnya saat melihat lawannya berwajah beringas dan galak dengan alis yang ditekuk. Gangguan mental juga akan dirasakan melalui teriakan tadi, karena sebenarnya nih, suara teriakkan masuk ke dalam otak tanpa mengalami proses identifikasi sumber suara terlebih dahulu. Teriakkan akan langsung dimasukkan otak ke bagian amygdala (bagian otak yang memproses rasa takut). Semakin tinggi suatu bunyi seperti teriakkan, maka semakin tinggi pula otak merespon rasa takut.
Sebenarnya otak hanya mampu mengidentifikasi suatu suara yang memiliki amplitudo berkisar 4 hingga 5 Hz saja. Sedangkan suara teriak memiliki amplitudo berkisar 30 hingga 150 Hz. Inilah alasan kenapa seseorang yang diteriaki akan mengalami ciut mental atau ketakutan gengs. Cocok ya Si Minions bisa babat habis rata semua musuhnya. Satu Kevin/Gideon suka teriak, dua Kevin/Gideon suka tekuk alis, haha. Setiap bertanding, Kevin/Gideon maupun atlet lainnya yang sukses mendapat medali seolah sudah siap mengandilikan diri supaya nggak kalah mental.
Seperti kata seorang Guru Besar Karate, Master Gichin Funakoshi ”Pertama-tama kendalikan dirimu sendiri, sebelum mengendalikan orang lain”. Siap bosque!
Gimana? Masih mau pandang berteriak sebagai sesuatu yang negatif? Ingat, jangan terlalu cepat mengambil kesimpulan atas sesuatu ya cuy, cause judge a book by its cover is never enough.