![]() |
Posted on April 25th 2021 |
Ketegangan AS dan Tiongkok rupanya berdampak pada banyak sektor.
Dilansir dari South China Morning Post, Minggu (25/4), pengembang aplikasi TikTok dan Douyin dari Tiongkok, ByteDance, terancam gagal melakukan IPO (Initial Public Offering) atau yang lebih dikenal sebagai ‘Go Public’, karena kesulitan untuk menata struktur bisnis yang dapat menyenangkan Pemerintah AS dan Tiongkok.
IPO atau Go Public merupakan istilah yang digunakan dalam dunia bisnis, di mana perusahaan swasta melakukan penjualan sebagian saham pertamanya kepada masyarakat umum atau investor. Sehingga, mereka menjadi perusahaan terbuka atau perusahaan publik.
Nah, jika kalian sering menemukan kata (Tbk/Terbuka) di belakang nama perusahaan, misalnya PT. Mainmain Tbk, itu artinya perusahaan tersebut sudah melakukan IPO atau Go Public. Jadi, masyarakat umum bisa membeli saham perusahaan tersebut. Biasanya IPO/Go Public digunakan perusahaan untuk menumbuhkan modal sehingga bisnisnya dapat berkembang.
Menurut SCMP, Salah satu sumber anonim mengatakan, raksasa teknologi Tiongkok itu belum menemukan cara untuk menata bisnisnya dan Go Public, guna memenuhi persyaratan peraturan di Tiongkok dan AS. Salah satu tantangan utamanya terletak dalam memisahkan operasi Douyin yang berbasis di Tiongkok dari operasi global TikTok.
Sementara itu, manajemen ByteDance juga kesulitan menyeimbangkan kepentingan berbagai petinggi yang memiliki wewenang. “Banyak orang dengan agenda berbeda mencoba memiliki suara dalam rencana Go Public,” kata sumber anonim tersebut dikutip dari South China Morning Post.
Sumber lain, seorang anonim dari pejabat pemerintah yang berbasis di Beijing dan terlibat dalam pengaturan ByteDance, mengatakan perusahaan harus menunda rencananya untuk Go Public karena ketegangan AS-Tiongkok. "Rencana Go Public ByteDance akan melibatkan investor AS dan pasar AS, tetapi suasana AS-Tiongkok yang luas sedang tidak menguntungkan," kata sumber tersebut.
ByteDance yang berbasis di Beijing pada Jum’at (23/4) mengatakan bahwa mereka belum siap untuk mengajukan Go Public dan tidak memiliki rencana tersebut dalam waktu dekat, tanpa menjelaskan lebih lanjut. Padahal gembar-gembor Go Public oleh ByteDance telah ramai diperbincangkan beberapa bulan terakhir, setelah Donald Trump mengancam memblokir TikTok.
Pembicaraan tentang Go Public perusahaan pemilik TikTok semakin memanas setelah surat kabar Bloomberg memberitakan bahwa perusahaan telah memulai persiapan untuk meluncurkan beberapa andalan bisnis utamanya dan sedang dalam proses memilih antara Hong Kong dan AS sebagai basis pencatatan sahamnya.
“Ini menjadi semakin kompleks dan berisiko (bagi ByteDance untuk memenuhi persyaratan peraturan). Masalah besarnya adalah pemerintah Tiongkok, yang membatasi opsi pasar dan perilaku freewheeling perusahaan Big Tech mereka," kata Alex Capri seorang ahli dari National University of Singapore.
ByteDance dinilai sebagai perusahaan yang sangat menarik bagi investor, karena memiliki model bisnis inovatif, teknologi algoritma terkemuka, dan profitabilitas yang sehat. Sementara itu, TikTok dengan 689 juta pengguna harian di seluruh dunia, telah menarik USD 1 miliar ke dalam total pendapatan ByteDance menjadi USD 37 miliar (IDR 536,4 triliun) tahun lalu. (*)
Foto: PandaDaily (Sohu Photo)