![]() |
Posted on April 24th 2021 |
Jumlah gempa bumi yang mengguncang Indonesia mengalami peningkatan cukup signifikan pada 2021 ini. Jika dibandingkan dengan tahun-tahun yang sudah berlalu, gempa yang terjadi setiap bulan di tahun ini lebih banyak dan tinggi risiko terjadinya tsunami dari erupsi gunung berapi.
Hal ini disampaikan oleh Kepala Badan Meterologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati, Jumat (23/4). Dia menyebut jika tren gempa bumi di Indonesia hingga dunia pada 2021 ini mengalami peningkatan.
"Ini sebabnya kita perlu meningkatkan kewaspadaan," ujar Dwikorita. Berdasarkan keterangan Dwikorita yang dilansir dari Antara, dalam tiga bulan terakhir, rata-rata ada sekitar 300-400 gempa yang terjadi di Indonesia setiap bulan.
Pada Januari, setidaknya tercatat 662 gempa terjadi di Indonesia. Jumlah ini sempat turun menjadi 526 kali pada Februari tetapi melonjak drastis pada Maret sampai 920 kali.
Dwikorita menjelaskan jika rata-rata keaktifan gempa bumi tersebut diperkirakan jauh lebih besar jika dibandingkan rata-rata kejadian pada 2008-2020. Sementara untuk jumlah gempa dalam satu tahun, rata-rata terjadi antara 5 ribu sampai 6 ribu kali untuk tahun 2008-2017.
Kemudian terhitung sejak 2018, angka ini melonjak menjadi 11.920 kali dan pada 2019 menjadi 11.588 kali. Pada 2020 angkanya mulai turun menjadi 8.258 kali gempa.
Data menunjukkan jika gempa bumi yang seringkali terjadi merupakan gempa dangkal yang memiliki kedalaman kurang dari 20 km, dangkal dan sangat merusak. Itu menunjukkan jika ada peningkatan risiko bencana.
Selain itu, Dwikorita menyebutkan ada sembilan titik yang pernah mengalami tsunami akibat erupsi gunung berapi. Sebagian besar lokasi tersebut ada di wilayah Indonesia Tengah dan Timur. Sejarah juga membuktikan beberapa kali tsunami terjadi akibat erupsi gunung berapi.
Bahkan daerah yang memiliki gunung tidak aktif seperti Pulau Madura, diprediksi berpotensi terjadi gempa dari patahan Pulau Kambing dan akan timbul tsunami, menurut data terkini. BMKG pun telah mengerahkan personelnya untuk melakukan survei lapangan guna memperbarui pemodelan zona rawan tsunami.
Selain memanfaatkan teknologi untuk deteksi gempa dan peringatan dini, BMKG juga mendorong untuk menumbuhkan kearifan lokal agar masyarakat cepat tanggap dan siaga bencana saat merasakan getaran akibat gempa. Dengan begitu, mereka akan lebih mudah mengevakuasi diri.(*)