Susah memang meninggalkan kebiasaan satu ini.
![]() |
Posted on March 29th 2021 |
(Ilustrasi: Uran/Dribbble)
Familiar dengan kata cramming? Mungkin pernah lihat di soal ujian. Kita mungkin lebih mengenalnya dengan istilah SKS (sistem kebut semalam). Kalau diartikan secara harfiah, cram sendiri punya makna “menjejalkan banyak informasi dalam waktu singkat“.
Buat kalian para pelajar jenjang apa pun, pasti pernah (atau bahkan sering) melakukan cramming. Mau gimana lagi, jam sekolah sudah menghabiskan banyak waktu dan capek dong kalau mau mengulang materi lagi. Akhirnya jalan ninja yang diambil tentunya belajar mepet-mepet ujian.
Alasan cramming kurang efektif buat belajar
Pasti tahu hasilnya apa. Mungkin kita bisa dapat KKM atau bahkan nilai bagus, tapi setelah itu otak berasa kosong. Dilansir dari sebuah artikel yang dikeluarkan oleh Universitas Stanford, ketika kita melakukan cramming, kita memaksa otak kita bekerja di luar kemampuan aslinya. Bayangkan materi satu tahun ajaran dipelajari satu malam. Kan ajaib.
Karena memaksa otak bekerja di luar kapasitasnya, kita jadi stres. Karena stres, kita justru lebih berpotensi merasakan mental block, alias gak ingat materi yang sudah kita pelajari.
Ditambah lagi, ketika kita cramming, materi yang kita masukkan paksa itu hanya masuk ke memori jangka pandek. Dilansir dari BBC, sebenarnya apa yang kita pelajari saat cramming itu tidak diingat, tapi hanya terasa familiar.
Pas baca materi mungkin merasa paham, tapi bisa jadi pas ujian otak kita gak bisa mengonstruksi ulang materi yang kita pelajari—karena sebenarnya kita hanya merasa familiar. Mangkanya setelah ujian langsung nggak ingat apa-apa.
Terus cara belajar yang lebih baik gimana?
Tentu jawabannya jangan belajar semalam sebelumnya. Fakta menyakitkan yang menyebalkan. Eneg pastinya dengar kalau belajar harus dicicil, blablablabla. Tapi, kenyataannya memang begitu. Kita akan mengingat informasi lebih lama kalau dipelajari bertahap.
Dilansir dari American Psychological Association, belajar selama 4 jam per hari setiap minggu bakal lebih efektif daripada belajar langsung 12 jam. Gila juga belajar langsung 12 jam, apa gak mual.
Belajar dengan jeda seperti itu disebut juga spacing atau spaced repetition. Search aja pakai keyword tersebut, bakal muncul banyak grafik yang menggambarkan gambaran cara kerjanya. Intinya sebelum kita sama sekali lupa sama suatu materi, kita belajar lagi. Sebelum kita lupa lagi, belajar kembali. Di akhir kita bakal lebih sedikit lupa dan materi lebih banyak menempel.
Kalau kepepet cramming gimana? Sebenarnya sah-sah aja cramming kalau materi yang dipelajari nggak butuh diingat dalam jangka panjang. Tapi, kalau sudah kuliah dan terus-terusan melakukan cramming, ilmunya jadi sia-sia dong. Ingat juga bahwa terlalu cramming bisa berujung ke kelelahan, emosi lebih sensitif, dan kekurangan tidur—semua ini bukan efek yang diinginkan dari belajar. (*)